Sosoknya
diibaratkan minyak; pekat, tapi licin, sulit ditebak, tapi lembut, dan yang
paling dominan dari dirinya adalah sifat ‘sulit dihilangkan’.
Disini
aku menjadi air, masih dalam umurku yang belia mengikuti arus kemana hatiku
ingin berlabuh… Dalam proses pencarian tempat ternyaman di hilir, aku mengalir
setenang mungkin dari hulu, selayaknya juga kehidupan air yang dihujam bebatuan
dari segala penjuru, membuncah, berubah deras dan membahayakan, meskipun dia
pasti kembali tenang nantinya.
Dikisahkan
dalam satu panggung drama kehidupan, ada air yang sedari hulu telah dipasangkan
dengan tumpahan minyak. Sifat alamiah membuat warna kehidupan mereka beragam,
seringkali teriknya matahari membiaskan warna pelangi di bebatuan yang mereka
lewati.
----tidak
ada yang perlu aku tuliskan lagi----
Namun apa artinya berpegang tangan bersama melakoni peran dalam hidup ini jika di akhir cerita mereka tetap menjadi ‘satu-satu’ dan bukan ‘satu kesatuan’? ….Only God who knows….