5 hari menjelang anniversary 1 tahun pernikahan, tepatnya tanggal 20 Agustus 2020 dini hari, aku memutuskan untuk testpack karena hari itu sudah 2 minggu telat jadwal 'libur sholat'. Mengalami keguguran di usia kehamilan 2 minggu November 2019 lalu membuatku enggan untuk berharap. Bismillah aja, kalau rezeki gak akan lari, batinku menggumam. Dan tapi.. DUA garis merah akhirnya muncul dengan sangat jelas di alat mungil itu. Aku diam, tertegun, hatiku dipenuhi rasa syukur, terus menerus bersyukur sampai dadaku sesak karena ingin berteriak. Horreeeee for the first time during this terrible pandemic season in 2020, I have something to celebrate, to be cheered up, and to be able to cry happily.
Those lines seemed too obvious to ignore :") |
Aku mengendap-endap ke kamar ganti, memikirkan
cara memberi tahu suami tentang hadiah anniversary ini. Akhirnya, aku
tempel testpack itu di kemasannya lalu aku bungkus dengan tisue dan ku
masukkan ke kotak makan. Yup, aku akan kasih dia kejutan saat makan siang di
kantor nanti. Bagian ini tidak terlalu menarik karena setelah aku minta tolong
teman kantornya untuk memvideokan suami saat buka bekal, suami keberatan dan kabur
ke ruangan lain. Padahal temannya pura-pura mau Instastory doang, tapi suami udah curiga dengan salah satu kotak
bekal yang terlalu ringan. Hmm.
Singkat cerita, weekend pun tiba dan kami checkup
ke SpOG terdekat. Hari itu, rasanya langit yang menaungi kami sangat cerah,
bibir kami tak berhenti menebar senyum sumringah, ketika hasil USG menunjukkan bahwa aku
hamil 7 minggu 6 hari.. wow, berarti aku sudah melewati usia keguguran dulu, berarti
aku sudah hamil saat bolak-balik luar kota dan terjebak macet 11 jam saat mudik
Iedul Adha lalu. Bahkan janinku sudah berusia 1 minggu saat aku angkat-angkat
barang berat waktu pindahan dari kontrakan ke rumah. Alhamdulillah, alhamdulillah,
tiada daya dan kekuatan melainkan dari-Mu Tuhan Yang Maha Pemurah.
USG pertama saat usia janin 7 minggu 6 hari |
Hari itu juga aku berdoa pada Allah dan berbicara pada janinku "Nak, kita akan jadi lebih manja sama papamu (waktu itu belum ditentukan panggilan ayahnya mau apa hehe), tapi tolong bantu mama untuk tetap mengabdi pada beliau, minimal jangan kasih mama mual-mual yang parah di pagi hari karena mama harus menyiapkan makanan dan bekal untuk papamu, di sana ada pahala yang besar buat mama. Dan lagi papamu tidak akan tega pergi kerja meninggalkan kita, pasti berat pikirannya jika begitu."
Maka Tuhan Yang Maha Mendengar mengizinkan
janinku merealisasikan doa itu..
Saat aku menulis postingan ini, usia kehamilanku di akhir minggu ke-12 (per 27 September 2020) dan aku belum mengalami muntah sekalipun, belum ada morning
sickness, belum ngidam tengah malam, belum ada keluhan berat yang mengharuskan bedrest dan aku masih work from home dengan tempo normal selama 6-7 jam setiap harinya. Alhamdulillah, alhamdulillah. Keluhan terberatku adalah
mual di sore hari, sekitar jam-jam menjelang Maghrib sampai Isya, tapi karena
jam segitu biasanya suami sudah di rumah jadi rasanya tidak terlalu
menyengsarakan. Pintar ya, Nak, kamu memilih waktu yang tepat untuk memberi mual;
ketika ada papamu yang ngelus-ngelus.
Nafsu makanku pun meningkat pesat tak
karu-karuan, aku ingat betul baru menyimpan piring kotor setengah jam lalu,
tapi rasanya sudah ingin rebus ubi ungu lagi, rasanya sudah ingin buka toples
kue lagi. Padahal sebelumnya, aku adalah orang yang cukup menjaga pola makan.
Sehari rata-rata makan nasi 2x diselingi buah atau cemilan homemade
seperti puding dan kukusan umbi-umbian, aku pun jarang minum yang manis-manis,
3 liter air putih sehari adalah gaya hidupku sejak zaman kuliah. Tapi kehamilan
merubah semuanya. 4 piring nasi bukan hal yang aneh lagi dan papamu bilang
bagus, Nak, karena dia jadi tidak perlu memaksa mama makan lebih banyak seperti
yang biasa dia lakukan.
Sejak melihat hasil USG pertama itu, tidak pernah aku
menginginkan sesuatu dalam hidupku sebesar aku ingin tetap sehat sampai bisa
melahirkan buah hatiku dengan selamat dan sempurna, merawatnya dan
membesarkannya dengan segala ilmu yang kami pelajari.
USG kedua saat 10 minggu 6 hari |
Ngomong-ngomong soal ilmu, saat ini aku dan suami membekali diri dengan membaca buku Prophetic Parenting – Cara Nabi Mendidik Anak karya DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Barangkali ada calon orang tua atau yang sudah menjadi orang tua Muslim membaca postingan ini, aku sangat merekomendasikan kalian untuk membacanya juga. Menurutku ini buku yang luar biasa. Semoga dengan kita berikhtiar menjadi sholeh, Allah meridhoi untuk mengaruniakan anak-anak yang sholeh pula kepada kita. Aamiin.
Prophetic Parenting |
Note to self: Ingat selalu setiap ibadah yang dilakukan selama kehamilan harus dengan niat yang lurus karena Allah, bukan karena ingin anak sholeh, bukan karena ingin sehat dan selamat, tapi karena Allah dan hanya Allah Azza Wa Jalla.