Sibling Goals
Sibling goals itu.. menurutku bukan cuma kayak Keenan Pearce dan Pevita Pearce yang punya paras indo nan cakep,
bukan cuma kayak Andovi da Lopez dan kakaknya Jovial da Lopez yang selain
pinter juga konyol banget, bukan juga kayak Ranz Kyle dan Niana Guererro yang
emang udah jadi simbol sibling goals duo di YouTube.
Buatku.. Sibling goals
itu seperti kedua om ku.
Aku punya 3 om dari
papa, mereka 4 bersaudara dan papaku paling tua. Awal tahun 2017 lalu om ku
yang ke-2 divonis kanker kelenjar getah bening stadium 4.. Yang sekaligus
menjadikan tahun ini sebagai tahun terberat untuk seluruh keluargaku setelah
tahun 2007 ketika kakekku meninggal.
Tahun ini juga om
ku yang ke-3 berangkat haji, salah satu kabar baik dari sekian kabar tentang
penurunan kondisi kesehatan om ku yang ke-2 yang kami dengan hampir setiap
hari. Akupun menyaksikan sendiri dari awal om ku sering sakit leher, lalu
membuatnya tidak mampu beraktifitas dan dilarikan ke rumah sakit di Bandung
sampai beberapa kali operasi dan sekarang.. fisiknya yang dulu tambun seperti
tinggal tulang, dengan bolongan di leher untuk membantu bernafas, dan makan
minum melalui selang yang dimasukkan melalui hidung.
Ketika hari
keberangkatan kloter haji om ku yang ke-3 tiba, hari itu juga pihak rumah sakit
menyatakan bahwa mereka ‘angkat tangan’ dengan kondisi om ku yang ke-2. Aku dan
keluarga berkumpul di rumah sakit untuk mengurusi kepulangan om ku ke Tasik.
Bahkan om ku sendiri yang sudah tak sabar ingin pulang. Om ku yang ke-3 awalnya
berpikir untuk menunda keberangkatan karena takut terjadi apa-apa dengan kakak
kesayangannya dan ia tidak ingin berada di tempat jauh ketika hal terburuk
terjadi.
Setelah diyakinkan
oleh papaku, akhirnya om ku yang ke-3 berangkat juga. Saling memaafkan dan
mengikhlaskan adalah kunci ketenangan hati pada saat itu. Kami selalu mengingat
bahwa apapun yang terjadi di menit yang akan datang, tidak lain dan tidak bukan
adalah atas kehendak Sang Illahi Rabbi.
Om ku yang ke-3
berangkat ke Jakarta, bersamaan dengan om ku yang ke-2 dibawa ambulance untuk
pulang ke Tasik. Aku sendiri berdiri mematung di lorong rumah sakit, aku belum
bisa meninggalkan Bandung, dan aku pun berusaha ikhlas ketika berpamit pada om
ku untuk kembali kerja..
Selang satu atau
dua minggu aku pulang ke Tasik dan mamaku cerita bahwa omku membaik setelah
mendengar bahwa ia diumrahkan oleh omku yang sedang berhaji.
“Wow.. diumrahkan?”
sahutku sambil termenung. Aku pikir ketika seseorang melakukan ibadah haji, ia
akan sangat sangat sibuk bahkan sering tidak tidur karena padatnya jadwal dan kondisi
kesehatan yang rentan akibat cuaca ekstrem tanah Arab. Terlebih aku lihat di
berita kalau tahun ini suhu Mekah pada siang hari mencapai 45 derajat dan itu
merupakan yang terpanas dalam beberapa tahun terakhir.. yet my 3rd uncle
decided to gift the most woderful gift to her brother? I really am amazed.
Aku lalu berfikir,
kalau aku ada di posisi omku dan kakakku sakit keras, aku pasti juga akan
melakukan hal yang sama. Tak peduli selelah apapun menuntaskan rangkaian ibadah
haji, aku akan menemukan waktu untuk umrah dengan niat untuk kakakku. Tapi
tentu saja aku berdoa semoga seluruh keluargaku selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat, terutama kedua orang tuaku. Amiin.
Hampir 2 bulan
berlalu dari sejak omku yang ke-2 bedrest
di rumah, kondisinya perlahan terus membaik. Bahkan 2 minggu terakhir aku dapat
kabar omku bisa berjalan! Dokter saja sampai bilang kesembuhan beliau adalah
keajaiban, dan aku rasa itu benar, karena keluargaku percaya tidak ada yang
tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Banyaknya doa nenekku yang naik
kelangit di sepertiga malam, kesabaran tanteku sebagai istri yang luar biasa
membuatku salut, ketaatan kedua sepupuku saat membantu mengurusi ayahnya, dan
doa setiap orang yang menjenguk dan yang jauh tak terlihat, pasti tidak akan
disia-siakan oleh Tuhan Sang Pemberi Kesembuhan.
Akupun, akan selalu
mendoakan yang terbaik untuk omku yang ke-2 dan seluruh anggota keluarga. Tentu
saja.
Family potrait on Lebaran day last year. |
0 komentar