Trimester 2: kami mencintai-Mu
Beberapa orang bertanya, apakah
aku dan suami melakukan program hamil (promil) sebelum kehamilan ini? Hmm.. Aku
pikir aku bisa bilang belum, kami belum promil ke dokter, tapi tentu setelah
mengalami keguguran aku jadi lebih concern
dengan kesehatan, pun begitu juga suami yang mulai rutin minum vitamin dan
food supplement. Dari sisi lifestyle,
kami cukup rutin berolahraga, bukan tipe orang yang doyan junk food dan fast
food, bukan juga peminum alkohol atau pemakai obat-obatan tertentu. Sehingga
kami yakin insya Allah kami cukup sehat, masalah keturunan kami serahkan sepenuhnya
pada Tuhan Sang Penggenggam Takdir. Bahkan suami pernah bilang kalau setelah 2
tahun menikah nanti belum diberi kepercayaan lagi, baru kita ke dokter untuk
promil, kalau promil tidak juga berhasil, berarti mungkin Allah punya rencana
lain buat kita, bisa jadi takdir kita adalah untuk menolong anak-anak yang
kurang beruntung dengan cara mengadopsi mereka (that was sweet of him I almost
cry hearing this). Dengan pemahaman itu, kami sepakat menikmati pernikahan
tanpa beban dan tanpa membandingkan diri dengan orang lain. Alhamdulillahnya,
Allah kasih kehamilan ini saat pernikahan kami genap satu tahun.
Mengawali trimester 2 dengan staycation di Savoy Homann💗 #12weeks |
Saat menulis postingan ini, usia
kehamilanku 25 minggu dan banyak, banyaaak sekali yang ingin aku bagi di sini,
tapi rasanya selain akan sulit dicerna, cerita mengenai kehamilan setiap orang
akan berbeda, so I decided to enjoy my own story while you’re creating yours
too. Tapi, kalau boleh berkisah aku punya cerita yang sedikit menggungah, waktu
itu aku sempat membaca chat suami dan
bapak mertua yang isinya bapak ingin suami lebih mengawasiku biar gak kecapean
kerja, dan… agar menjauhkanku dari kucing! Aku gak kaget sih, wes biasa, dari kecil aku banyak mendengar
mitos tentang kucing dan kemandulan, selain mitos kucing dan jenazah yang bisa
hidup lagi (kalo dilompatin bolak-balik). Orangtuaku sendiri sudah
mewanti-wanti agar aku mengusir kucing-kucing bahkan sebelum aku menikah dulu,
padahal di dunia ini orang yang pertama mengajarkan aku me-rescue kucing adalah mama dan papa. Apakah karena aku sudah dewasa
dan organ reproduksiku sudah bekerja lantas kucing menjadi bahaya buatku?
Logikanya, orang yang hidup di jalanan akan lebih kebal masuk angin dibanding
orang rumahan, begitu juga orang yang sering berinteraksi dengan kucing pasti
lebih kebal dibanding yang takut kucing. Kecuali alergi atau ada gangguan
pernafasan, itu beda cerita ya.
Setelah tahu obrolan itu, aku
jadi takut suami akan membuang kucing kami dari rumah, takut juga kalau suami gak
ridho lagi aku suka kucing, kan ridho suami adalah ridho Allah, jadi aku cukup
waswas. Tapi setelah dibicarakan berdua, ternyata dia gak kepikiran juga buat
buang kucing, kasihan katanya, cumaaa dia minta aku stop gendong-gendong kucing
dan meluk-meluk kucing, kucing juga gak boleh masuk kamar dan musholla, tidur
di dalam lemari atau sofa. Hmm berat sih, tapi oke deh. Toleransi suami tentu tidak
akan serta merta merubah cara pandang orangtua dan mertua, karenanya aku berdoa
“Ya Allah, beri aku keturunan hanya ketika aku tidak perlu mendzalimi makhluk-Mu
yang lain, dan aku akan sangat bersyukur jika Kau memberiku keturunan ketika
aku masih bisa menolong makhluk-Mu yang lain.” Doa ini sering sekali aku
panjatkan, karena aku ingin anakku bisa jadi penyelamat lingkungan dan
penyayang binatang, terlepas dari apapun profesinya nanti.
Kucing-kucing yang sempat kami rescue |
Selain doa, aku juga punya perjanjian
yang unik dengan Tuhanku, tapi ini bukan lagi tentang kucing, melainkan tentang
media social. Waktu itu, aku ingat melihat update
beberapa teman tentang keluhan-keluhan kehamilan mereka. Dua-tiga orang di antaranya
mengeluhkan badan yang semakin menggemuk, dan aku kaget. Like, aren’t pregnant
women supposed to be FAT..?! Kok gemuk hamil dikeluhkan, sih? Kan mau gak mau
harus gendut? Kalo gak mau gendut jangan hamil lu ternak lele aja, Bund. Jujur,
aku sebal. Dari apa yang aku imani dan sampai saat ini aku pegang teguh,
kehamilan adalah rezeki besar, sesuatu yang banyak orang ingin tukar dengan
harta melimpah sekalipun, apalagi sebatas dengan tubuh langsing. That’s no big
deal.
Sebetulnya aku memutuskan tak akan
ambil pusing lagi dengan keluhan kehamilan di circle media social itu, aku gak mau sesumbar, mana tahu nanti aku
malah jadi orang yang paling banyak update
kalau hamil. Sampai suatu ketika ada yang mengeluh kesal karena pipi tirusnya
jadi tembem, aku sontak bergumam gemas pada Tuhan, “Ya Allah ya Tuhanku, aku
berjanji dengan nama-Mu, jika Engkau menganugerahi kami keturunan, maka selama
kehamilan yang akan kulalui aku tidak akan, tidak akan pernah mengeluh di media
social! Seberat apapun kehamilanku nanti.”
Dan ya, 6 bulan telah berlalu
sejak aku memegang janji itu..
Karena ternyata tanda-tanda
kehamilan muncul tak lama setelah aku mengucapnya ke langit
Ataukah ini memang skenario-Nya?
Tuhan ingin aku berjanji untuk kuat dulu sebelum aku diberi kehamilan yang
baru?
Ah, Tuhan, aku dan suami amat
sangat mencintai-Mu sebelum ini, sekarang bahkan lebih-lebih lagi.
Mungkin karena janji ini juga
syari’atnya keluhan kehamilan di trimester 1 & 2 terbilang mudah; aku tidak
muntah, tidak susah makan, tidak kesulitan beraktifitas dan masih sering
nyenyak tidur. Kalaupun ada keluhan, aku hanya terbuka pada suami, karena suami
perlu tahu rekam medic dan riwayat keluhan istri jika terjadi hal-hal diluar
kendali. Keluarga besarpun tidak banyak tahu apa saja yang aku rasakan, mereka selalu
melihat aku baik-baik saja meskipun tidak selalu begitu kenyataannya. Aku jadi
tahu hikmah dari perjanjian ini adalah “pura-pura menguatkan diri di depan orang
lain ternyata membantu kita terbiasa menjadi kuat sungguhan” 😊
Sekarang aku perlu siap-siap nih menghadapi trimester terakhir, hu ha hu ha semangat latihan nafas dan semangat
berbelanja baby stuff! Yeay!
Oh iya, di bawah ini aku
lampirkan foto vitamin dan food
supplement yang aku dan suami konsumsi sebelum dan selama kehamilan. Tapi
bagusnya, sih, setiap produk kesehatan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter, ya!
Beberapa minggu setelah keguguran aku mengonsumsi ini, 1 box aja gak nambah lagi |
Yang pink vitamin aku selama menunggu kehamilan, yang biru vitamin suami. Yang biru ini beli 1x aja cukup katanya |
Vitamin selama masa kehamilan. Yang biru dikonsumsi berdua karena suami juga harus menjaga kesehatan kan! |
0 komentar